Sunday, December 22, 2019

,

Long Way Down (Jalan Masih Panjang) - Jason Reynolds


Judul: Long Way Down
Penulis: Jason Reynolds
Penerjemah: Mery Riansyah
Penyunting: Lulu Fitri Rahman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



Blurb:


60 DETIK. 7 LANTAI. 3 PERATURAN. 1 PISTOL.


Will menyaksikan kakaknya, Shawn, tewas ditembak. Kesedihan yang dirasakannya sulit untuk dijabarkan. Di lingkungan mereka, ada Peraturan ketika seseorang ditembak.


NO. 1: MENANGISJangan. Apa pun yang terjadi.


NO. 2: MENGADUJangan. Apa pun yang terjadi.


NO. 3: MEMBALAS DENDAMLakukan. Apa pun yang terjadi.

Namun, peluru bisa memeleset. Bisa saja kau menembak orang yang salah. Dan selalu ada orang lain yang juga mengikuti Peraturan...




Long Way Down bercerita tentang Will yang kakaknya--Shawn--baru aja dibunuh. Tentu aja Will merasa sedih, kaget, dan sebagainya, tapi terutama dia mengikuti tiga peraturan yang secara turun-temurun berlaku di lingkungannya, dan dia sendiri mendapat peraturan ini dari kakanya.

No. 1: Menangis.

Jangan. Apa pun yang terjadi.


No. 2: Mengadu.

Jangan. Apa pun yang terjadi.


No. 3: Membalas dendam.

Lakukan. Apa pun yang terjadi.

Berbekal peraturan itu, Will pun ingin membalas dendam terhadap orang yang (menurut dia) membunuh kakaknya.

Namun, waktu si Will udah yakin banget dan bertekad kuat untuk balas dendam, dia malah mengalami serangkaian kejadian aneh di perjalanan panjang dalam lift menuju lobi.

Nah,

apa

yang

terjadi?


Image result for charles boyle confused

Silakan baca sendiri bukunya! :D.

Sebenarnya review ini bakal singkat aja karena sebenarnya ceritanya juga nggak panjang. Saya beli buku fisiknya yang setebal 319 halaman dan saya habiskan kurang dari setengah jam karena isinya memang nggak panjang.

Format ceritanya kayak kumpulan verse (semacam One-nya Sarah Crossan) dan temanya agak mirip sama The Hate U Give (baca review di sini).

Walaupun ceritanya singkat, tapi saya suka banget sama tema yang diangkat dan ceritanya secara keseluruhan. Tentang lingkaran kriminalitas yang lazim banget terjadi (terutama di lingkungan tempat Will tinggal) dan dibawakan dari sudut pandang remaja belasan tahun yang lagi berduka karena kakaknya baru aja meninggal dan cuma tahu kalau dia harus balas dendam.

Dendam

disebarkan seperti kaus bermerek
di sekitar sini. Selalu kebesaran.
Tak pernah disetrika.

diwariskan seperti peti berisi
emas atau peta harta karun yang tak mengarah
ke mana pun.

Datang mengetuk kehidupan abangku,
merobohkan pintu dan mengambil
segalanya kecuali kalung emasnya.

Saya nggak tahu gimana caranya cerita isi buku ini tanpa spoiler, jadi ya intinya waktu Will di dalam lift menuju lobi, dia kayak ketemu sama "orang-orang" dari masa lalu dia yang masing-masing bercerita tentang kisah hidup mereka (terutama bagaimana mereka tewas) dan Will pun sadar bahwa semuanya juga terlibat dalam lingkaran yang diatur dalam tiga peraturan di atas.

Will yang sebelumnya belum pernah membunuh (bahkan menembak) sama sekali mulai nggak yakin apa dia harus tetap mengikuti peraturan.

Tapi peraturan tetap peraturan.

Aku tidak pernah memegang senjata.

Bahkan tak pernah 

menyentuhnya.

Ternyata lebih berat dari yang kuduga,

seperti menggendong

bayi yang baru lahir

hanya saja

aku tahu

jeritannya

akan jauh

jauh jauh

jauh lebih kencang.

Saya suka vibes novel ini, dark dan misterius gitu, cukup bikin penasaran untuk terus baca sampai akhir. Namun, yang bikin novel ini sangat mudah dinikmati ya karena format puisinya itu. Kata-katanya bagus, dan terjemahannya juga oke.

Cuma sebenarnya saya agak menyesal beli buku fisiknya, hehe, karena ya dengan tata letak untuk format puisi, buku ini bisa dibilang cukup boros kertas. Namun, yah, enggak apa-apa, udah telanjur dan ceritanya juga bagus :).

Ini ada beberapa kutipan yang saya suka dari buku ini.

Ibuku pernah berkata,

Aku tahu kau masih muda,ingin keluar dari sini,tapi ingatlah, ketika

kau berjalan di tengah malam,pastikan tengah malam

tidak berjalan mendekatimu.

--

Sumpah, terkadang

rasanya seakan Tuhan

memiliki koleksi foto

anak-anaknya,

yang canggung,

yang menakjubkan,

terselip di dompetnya,

agar dunia dapat

melihatnya.

Namun dunia

tidak mau melihat

anak-anak,

dan Tuhan bukan

orangtua yang agresif

jadi Dia hanya melipat

dan menutup

dompet.

--

Aku dapat mendengar tawa

bagaikan ditahan di bawah air

oleh ombak yang jail

yang mengempaskan kepalaku

sambil tertawa-tawa

menertawaiku.

Bagaimana kau bisa memberitahu air

bahwa tidak ada yang lucu

mengenai tenggelam?

Dan sebenarnya masih banyak kutipan lain tapi saya malas ngetiknya :D. Hehe.

Terakhir, saya kasih 4.5 dari 5 bintang untuk perjalanan panjang di dalam lift menuju L.

Image result for lift lobby button

0 komentar:

Post a Comment