Judul: Autumn in Paris
Penulis: Ilana Tan
Ilustrasi & desain sampul: Orkha Creative
Cetakan ke-29, Maret 2016
Blurb:
Tara Dupont menyukai Paris dan musim gugur. Ia mengira sudah memiliki segalanya dalam hidup… sampai ia bertemu Tatsuya Fujisawa yang susah ditebak dan selalu membangkitkan rasa penasarannya sejak awal.
Tatsuya Fujisawa benci Paris dan musim gugur. Ia datang ke Paris untuk mencari orang yang menghancurkan hidupnya. Namun ia tidak menduga akan terpesona pada Tara Dupont, gadis yang cerewet tapi bisa menenangkan jiwa dan pikirannya… juga mengubah dunianya.
Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap pula arti putus asa… arti tak berdaya… Kenyataan juga begitu menyakitkan hingga mendorong salah satu dari mereka ingin mengakhiri hidup...
Haii, buat yang mau baca review non spoiler saya, silakan klik: http://expellianmus.blogspot.co.id/2016/06/autumn-in-paris-ilana-tan-non-spoiler.html
Nah, jadi seperti yang saya bilang di review saya yang itu, Tara Dupont kenal sama Tatsuya Fujisawa dari Sebastien. Dan habis itu, Tara enggak sengaja ketemu sama Tatsuya dan mereka jadi deket.
Nah, Tara itu kan kerja di radio, terus di radio dia ada sesi surat pendengar gitu. Jadi pendengar bisa ngirim surat ke radio, dan nanti dipilih terus dibacain. Suatu hari, ada orang namanya Fujitatsu dan dia ngirim surat ke radio. Di surat itu, dia cerita ketemu cewek di bandara yang udah bikin dia tertarik. Dia penasaran banget sama cewek itu.
Si Tara langsung mikir Fujitatsu itu Tatsuya (Fujitatsu - Fujisawa Tatsuya - Tatsuya Fujisawa - HA). Dan ternyata bener. Gara-gara Tara penasaran soal itu juga sih, mereka jadi deket.
AAAH Tara-Tatsuya itu lucu banget. HAHA. Masa kan, si Tatsuya minta kencan sama Tara. Nah, si Tara mau kalau Tatsuya ngirim surat lagi ke radio. Katanya, banyak yang suka sama suratnya Fujitatsu.
EH TERUS Tatsuya ngirim surat dan sekalian ngajak kencan lewat suratnyaa!
Tatsuya juga terus cerita sama Tara kenapa dia enggak suka Paris dan musim gugur. Katanya, ibunya meninggal pas musim gugur. Dan sebelum meninggal, ibunya ngasih surat ke Tatsuya. Di surat itu, ibunya bilang, dia harus cari Jean-Daniel Lemercier--cinta pertama ibunya, sekaligus ayah kandung Tatsuya.
Awalnya, Tatsuya takut, tapi terus, dia datengin Jean-Daniel Lemercier dan ternyata orangnya baik. Yah udah. Tatsuya jadi damai. Tenang. Bahagia.
Terus suatu hari, Tatsuya diajak Tara ke pesta ulang tahun temennya. Kebetulan, pestanya diadain di kelab punya ayahnya Tara. Di sini, Tara tahu kalau ternyata, cewek bandara yang ada di surat pertama Fujitatsu itu dia sendiri. WAHAHA. Nah, pas Tara-Tatsuya lagi seneng-senengnya, datanglah ayah Tara yang merupakan...
Jean-Daniel Lemercier yang udah ganti nama jadi Jean-Daniel Dupont. (Jadi Lemercier itu nama lamanya. Penjelasan ada di buku, deh.)
Intinya setelah dari situ, mulai deh ceritanya kelam. Soalnya, ya, Tara-Tatsuya kan berarti kakak adek. Tatsuya sampe cek DNA buat ngebuktiin dan hasilnya emang dia anak kandung Jean-Daniel.
Pas pertama kali nemu konflik kayak gini, saya langsung keinget sama Jace-Clary di Mortal Instruments. Di tiga buku pertama, mereka ngira mereka kakak adek. Taunya bukan. LOL. ((plis ini spoiler mortal instruments juga. maunya apa. wkwk))
Cuma saya lebih suka Autumn in Paris ini daripada Mortal Instruments (dalam masalah kakak-adeknya ya). Soalnya di sini, mereka enggak berusaha menghindar banget kayak Jace-Clary. Mereka berusaha menerima dan memutuskan langkah selanjutnya.
Bahkan ada saat di mana mereka memutuskan buat seneng-seneng aja semalam dan saya suka banget. Suka sekaligus nyesek deng. WKWK.
Pas Tara udah tahu dan segala macem, dia yang mau bunuh diri. Cuma baru mikirin aja sih, karena langsung diselamatin sama Sebastien. Udah kok. Gitu aja. Done. Selesai. Gaada masalah bunuh diri lagi.
Akhirnya si Tatsuya memutuskan balik ke Jepang. Mau kerja sekalian yah, biar lebih baik aja suasananya. Dan sebelum dia ninggalin Paris, dia ninggalin surat terakhir buat radio itu. Ada kata-kata ini di suratnya:
“Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai? Aku tahu. Hidup ini sungguh aneh, juga tidak adil. Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup menghempaskanmu begitu keras ke bumi. Ketika aku menyadari dialah satu-satunya yang paling kubutuhkan dalam hidup ini, kenyataan berteriak di telingaku dia juga satu-satunya orang yang tidak boleh kudapatkan.”
YAAMPUN : ""
Tapi enggak tahunya, Tatsuya kecelakaan di Jepang dan dia
Pas di sana, Tatsuya belum sadar. Akhirnya, Tara dikasih kunci apartemennya Tatsuya buat ya, ngelihat-lihat gitu deh. Bukan buat jadi maling, kok.
Terus ada pas Tara lihat foto-fotonya dia di laci Tatsuya. Di belakang setiap foto, ada tulisan Tatsuya. Yang paling ngena itu foto terakhir--pas Tatsuya sama Tara di Disneyland.
Dalam foto itu ia melihat dirinya dan Tatsuya. Ia ingat dengan jelas di mana mereka saat itu. Di Disneyland Paris. Saat itu mereka meminta bantuan pengunjung lain untuk mengambil foto mereka berdua. Mereka mengenakan bando berbentuk telinga Mickey Mouse dan tersenyum lebar ke arah kamera. Sebelah lengan Tatsuya merangkul leher Tara dan tangan lain memegang es krim vanila. Tatsuya terlihat sangat tampan saat itu. Tampan dan bahagia.
Dengan tangan yang masih gemetar, Tara membalikkan foto itu.
"Aku dan segala yang kuinginkan dalam hidup..."
Terus ending-nya, Tara nyamperin Tatsuya yang belum sadar diri di rumah sakit. Dan dia ngomong-ngomong gitu ke Tatsuya.
Nah pas dia lagi ngomong ke Tatsuya, dia lihat mata Tatsuya basah : " Terus Tara ngomong gini:
“Jangan marah padaku kalau aku menangis.... Hari ini saja.... Kau boleh lihat sendiri nanti. Kau akan lihat tidak lama lagi aku akan kembali bekerja, tertawa, dan mengoceh seperti biasa.... Aku janji...."
Abis itu, Tatsuya meninggal. AAAHH : "" Gila gila gila. Alig alig alig (??)
Terus di epilognya, ada email antara Tatsuya sama Sebastien. Jadi Tatsuya masih sering nanyain soal Tara pas dia udah di Jepang (Tara enggak tahu).
Terus pas Sebastien nanya kabarnya Tatsuya, Tatsuya bilang:
“Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu.”
AAH. OK. OK.
Walaupun di beberapa bagian cerita ini sangat drama, tapi toh, sukses bikin saya nangis juga HAHA. Ya, nangisnya gak sederes pas baca Me Before You, sih. Cuma tetep nangis.
Tapi, saya bukannya enggak rela juga. Walaupun sedih, ending-nya semacam yang agak heart-warming gitu. Apalagi karena email itu.
Ya gitu, deh. Akhirnya lega bisa nulis keseluruhan cerita HAHA. Sebenernya saya gak tahan mau naruh kutipan-kutipan itu. Cuma karena takut spoiler, ya udah dipisah. Lebih enak begini juga. wkwkw.
Intinya, saya suka cerita ini. Walaupun konfliknya rada drama dan sebagainya, saya sukaa. Ceritanya jadi enggak terkesan datar kayak Summer in Seoul.
4 dari 5 bintang buat Taro! Yes.
Aduh laper. Kapan ya bedug maghrib? WKWK. |
XD
ReplyDeleteTerima kasih sudah baca review sayaa x D hehe
DeleteGue jd pingin ikutan fangirling AiP. Pokoknya novel ini berhasil bikin gue nangis untuk pertama kalinya gara2 baca novel. My tatsuyaaa ���� masih ga terima tatsuya titik tp mau gimana lagii dan email yg terakhir tatsuya-sebastien bikin gue berhenti nangis dan kayak yg lo bilang, heart-warming kyk rasanya okelah-fine-gue-bakal-relain-kalo-tatsuya-udah-titik. Coba mreka berdua ga kakak-adek *flip table* anyway, review lo keren abiss
ReplyDeletebaca komen ini jadi inget AiP lagi dan jadi kangen tatsuya juga. eh, tapi tatsuya udah.. titik : " ) wkwkw. Makasihh banyak btw x D
Delete