Sunday, August 21, 2016

,

Pintu Harmonika - Clara Ng, Icha Rahmanti


Judul: Pintu Harmonika
Penulis: Clara Ng & Icha Rahmanti
Penyunting: Arief Ash Shiddiq
Desain: Teguh Pandirian
Ilustrasi: Herdiyani
Penerbit: Plotpoint



Blurb:

Dijual cepat: S U R G A!


Punyakah kamu surga di Bumi, tempatmu merasa bebas, terlindungi dan… begitu bahagia hanya dengan berada di situ?


Rizal, Juni, dan David menemukan surga lewat ketidaksengajaan; Buka pintu harmonika, berjalan mengikuti sinar matahari, dan temukan surga. Surga yang tersembunyi di belakang ruko tempat tinggal mereka.


Walau mereka berbeda usia dan tidak juga lantas bermain bersama, surga membuat mereka menemukan bukan hanya sahabat, tetapi juga saudara dan keluarga. Ketika surga mereka akan berakhir, semangat mempertahankannya membawa mereka pada sebuah petualangan lewat tengah malam. Apa pula hubungannya dengan pencitraan Rizal, masalah Juni di sekolah dan bulu hitam misterius yang berpendar cantik temuan David serta suara-suara misterius di atap rukonya?

Pintu Harmonika bercerita tentang kehidupan kehidupan Rizal, Juni, dan David yang masing-masing punya masalah sendiri. Mereka bertiga itu dipertemukan di tanah kosong yang sering mereka sebut Surga. Di situ mereka bisa melakukan aktivitas dengan bebas. Rizal, sering nongkrong di situ cuma buat update blog atau Twitter. Juni sama David sering baca cerita detektif bareng-bareng.

Sayangnya, pada suatu hari di dunia tabi (?) ada plang di Surga yang menandakan kalau Surga itu mau dijual!

Beberapa bab awal di cerita ini pakai sudut pandang Rizal yang narsisnya kebangetan!


narsis HAHA

Oke, tenang aja. Rizal ceritanya itu ganteng nan lucu, jadi dia punya banyak fans di sekolah. Tapi kemudian, Rizal ketemu sama satu cewek di SMA-nya dan dia dibikin klepek-klepek for the first time in forever.




Nah, berbarengan dengan itu, Rizal menghadapi masalah Surga mau dijual dan masalah lain berhubungan dengan identitas dia selama ini. Apakah itu?

Jengjengjenggg!

Kemudian, setelah masalah Rizal selesai, cerita dilanjutkan dengan sudut pandang Juni. Juni diceritakan sebagai anak SMP (sekitar dua tahun lebih muda dari Rizal) yang jutek abis. Gara-gara pernah ditindas dulu, dia sekarang malah jadi penindas.

Eh, enggak tahunya, tindakan dia itu merugikan nusa dan bangsa keluarganya. Di saat Juni lagi menghadapi masalah keluarganya, saat itulah plang ditempel. Karena enggak terima, dia dan Rizal mengadakan rencana-rencana bak ninja untuk mencegah dijualnya Surga.


((ini ninja apa maling ya lol)) 


Setelah masalah penjualan Surga dan masalah Juni selesai, cerita dibawakan oleh sudut pandang David. David ini anak kecil tapi enggak mau dianggap sebagai anak kecil. Kerjaannya kalau di Surga itu baca cerita-cerita detektif sama Juni. Selama cerita, saya emang merasa kalau si David ini kurang diceritain. Sebelum baca sudut pandang David, saya mikirnya karena dia masih kecil dan mana mungkin diajak ngelakuin rencana-rencana ala ninja, makanya dia disimpen (?). Selain itu, kan diceritain juga kalau David itu sibuk les piano. Enggak tahunya dia...

*jengjengjengg*

AHH baca sendiri aja yaa HEHE. Tapi keren! Pas sudut pandang David itu, saya udah nebak. Cuma pas awal-awal agak kurang yakin dan penasaran terus bawaannya. Eh, pas mendekati akhir, ternyata dugaan saya benar!

Okelah segitu aja, ya. Kalau kalian penasaran, ayo baca baca baca!

Tapi novel ini udah agak jarang, sih. Saya juga baca buku ini pinjam punya temen. Temen saya taruh buku ini di lemari kelas dan karena gabut ditambah penasaran saya baca buku ini. Jadi, makasih buat temen saya (namanya Jay. Dia kemungkinan besar enggak bakal baca ini wkwk) yang udah naruh buku ini di kelas. Maafkan pembatas bukunya saya ilangin dan saya ganti pakai tisu HAHAHAH.




Yang bikin saya penasaran dengan cerita ini adalah covernya yang lucuu! Covernya itu bisa dibuka (?) Jadi kalau kalian lihat gambar cover di atas, itu gambar rukonya bisa dibuka. Nanti di belakangnya ada gambar Rizal, Juni, sama David lagi duduk di hamparan rumput.

Terus saya juga dibuat penasaran sama judul dan blurb-nya. HEHE.

Selama membaca ini, saya menemukan beberapa kesalahan sepele.

Misalnya beberapa typo ini:

*genius

*berlatih


*familier

*kantong


*otot-otot

Btw, itu otot-otok kok saya jadi laper, ya...




Hm, oke lanjut.

Ada ini:


harusnya kapital


Teruss:

harusnya ada spasi

Daan:

harusnya ada titik

Sama ada inii:


ini mungkin maksudnya memberanikan diri...?

Kemudian, ada ini yang menurut saya kurang efektif:




Dan oh yaa. Ada ini pas sudut pandang David:


lol. Itu maksudnya Kak Rizal

Terus, waktu sudut pandang Juni, dia kan ngomongnya pakai 'aku', cuma beberapa kali ada 'gue':


itu yang 'suhu' (panggilannya untuk Rizal) huruf S harusnya kapital, kan?





Sama terakhir, ada ini di bagian surat Mama David:


Katanya, esok malam, Mama diajak nonton film.

Tapi di paragraf paling bawah, dia bilang 'memandang pantulan diri saya mengenakan baju terbaik di malam Mama akan pergi menonton'

Kesannya kan, malam dia nonton udah lewat. Iya, kan? Padahal katanya 'esok malam'.

Terus itu ada perubahan sapaan hhe. Yang 'saya' itu nyempil wkwk. Harusnya 'Mama'.


Oke, mungkin itu aja ya.

Intinya, saya suka banget buku ini! Moralnya dapet! Temanya juga jarang diangkat gituu. Baca buku ini itu rasanya kayak baca tiga buku digabungin. Tapi, tetep asyik dan nagih kok. Sukaa!

Ini saya taruh beberapa kutipan yang saya suka ya:

"Karena katanya, sekalipun lagi sakit banget, kalau kita tersenyum, sakitnya akan berkurang."

--

"Kalau orang percaya diri, betul-betul dari dalamnya, semua itu akan terlihat ke luar. Semuanya akan terbaca sebagai karisma yang bikin orang lain segan. Sebaliknya, kalau kita takut, ketakutan itu akan terpancar ke luar, bikin kita jadi mangsa empuk orang-orang yang bisa melihat ketakutan kita."

--

"Buat gue, kaki adalah simbol utama dari perjalanan. Mau pergi pake dokar, bajaj, atau pesawat jet paling canggih, pada akhirnya kakilah yang akhirnya melangkah dan menjejak tanah di sisi lain bumi."

((itu yang 'pada akhirnya kakilah yang akhirnya melangkah agak enggak efektif, ya...))

--

"Aku yakin banget ini perempuan selalu tidur kalau pelajaran sejarah. Dia nggak pernah belajar apa-apa. Padahal mudah sekali pelajarannya: jangan menjadi sok pahlawan."


bisa aja


Oke, segitu dulu. Terakhir, saya kasih 4 dari 5 bintang buat David dan pianonya : "









0 komentar:

Post a Comment