Saturday, October 15, 2016

,

Finding Audrey - Sophie Kinsella



Blurb:

Audrey loves her family, even if they are a bit off-wall. When Audrey develops anxiety disorder as a result of an unpleasant incident, her family is there to help. Audrey now wears dark glasses whenever she feels the need to protect herself, but she’s also making slow but steady progress with Dr. Sarah.



Then Audrey meets Linus, her brother’s teammate, and she is energized. She can talk through her fear with Linus in a way she’s never been able to do with anyone before. As their friendship deepens and her recovery gains momentum, a sweet romantic connection develops, one that helps not just Audrey but also her entire family.



With her genuine gift for comic writing, Sophie Kinsella blends comedy, romance and psychological insight in this contemporary YA novel sure to inspired and delight.




Finding Audrey bercerita tentang Audrey--seorang gadis yang menderita Social Anxiety Disorder karena kejadian yang menimpa dia dulu.

Audrey dulunya sekolah, tapi gara-gara kejadian itu, dia jadi enggak sekolah lagi. Dia sempet dirawat di rumah sakit selama dua bulan, selanjutnya dia cuma mendekam di rumah.

Dan oh ya, gara-gara penyakitnya itu, dia pakai kacamata hitam di mana-mana--bahkan di rumah. Karena dia enggak tahan sama eye contact, dan pakai kacamata hitam itu bikin dia sedikit lebih nyaman.

“Most people underestimate eyes. They're infinite. You look someone straight in the eye and your whole soul can be sucked out in a nanosecond. Other people's eyes are limitless and that's what scares me.” 




“It won’t be forever. You’ll be in the dark for as long as it takes and then you’ll come out.”

Cerita dimulai dari adegan Mum (ibunya Audrey) yang mau ngebuang komputernya Frank (kakaknya Audrey) dari jendela, gara-gara, menurut si Mum, Frank ini udah kecanduan main game.

Nah, abis itu, ceritanya flashback  ke satu bulan sebelumnya. Diceritain Frank yang kecanduan main game--terutama LOC. Katanya si Frank, bakal ada turnamen LOC dan hadiahnya adalah piring cantik  banyaakk uang. Tapi ibunya enggak mau ngerti. Pokoknya Frank gaboleh main game. Titik.

Nah, terus diceritain juga tentang rutinitas Audrey. Dia yang mendekam di rumah, cuma keluar paling ke tempat Dr. Sarah--terapisnya. Si Dr. Sarah ini menganjurkan Audrey untuk bikin semacam documentary--kayak film gitu. Audrey setuju. Dari situ, kadang-kadang scene di buku ini kayak script film.

Dr. Sarah kemudian nyaranin Audrey buat ke Starbucks juga. Katanya, Audrey pelan-pelan harus mulai mau pergi ke luar rumah. Tapi Audrey menolak dengan keras.




Nah, terus, ceritanya kan si Frank ini mau ikut turnamen LOC. Dia harus punya team gitu, kan. Nah, salah satu temen di team-nya adalah Linus! Linus ini bener-bener AAHHH (?). Dia baik banget. Dia ngajak ngobrol Audrey dan segala macem (walaupun pertama kali ketemu, si Audrey kambuh).

“They talk about “body language,” as if we all speak it the same. But everyone has their own dialect. For me right now, for example, swiveling my body right away and staring rigidly at the corner means, “I like you.” Because I didn’t run away and shut myself in the bathroom. I just hope he realizes that.” 

Pertama kali mereka ngobrol, mereka ngobrol lewat kertas gitu. Jadi kayak kirim-kiriman pesan waktu Linus lagi di rumah Audrey. Yang nganterin kertasnya si Felix (adeknya Audrey--umurnya empat tahun).

Dan akhirnya, apakah Audrey akan sembuh...? Dan bagaimana dengan Linus? Ayo baca sendiri!




Saya SUKAAA buku ini! Saya enggak nyesel beli dan baca HEHEHE.

Sebenernya, saya udah mau baca dari kapan tahu, sih. Tapi baru sempet beli dan baca. Gara-gara saya belinya yang versi agak mahal (?) dan kebetulan lagi dapat diskon. Yaudah beli aja HAHAH.

Buku ini asyik banget dibaca! Page-turner parah. Enggak bisa berhenti balik halaman karena emang enak dibaca (plus saya lagi banyak jamkos di sekolah hahaha--guru lagi ada workshop waktu itu).

Yang saya suka banget dari buku ini adalah, adegan-adegan keluarganya Audrey! Walaupun ibunya kadang ngeselin parah parah parah, tapi lucuuu! Kocak gitu. Yah, saya ngerti ibunya, saya juga ngerti Frank.

Ayahnya Audrey juga kocak! Kalau istrinya udah ngomel panjang lebar, dia tinggal iya-iya aja hahaha.




Tapi kadang, ada adegan-adegan atau bagian yang nyentuh--saya jadi ngerasain beban si Mum dan Dad.

“You remember that Christmas when they got ill?" Mum says presently. "The year they were about two and three? Remember? And got poo all over their Christmas stockings, and it was everywhere, and we said, "It has to get easier than this"?"

"I remember."

"We were cleaning it all up and we kept saying to each other, "When they get older, it'll get easier." Remember?"

"I do." Dad looks fondly at her.

" Well bring back the poo." Mum begins to laugh, a bit hysterically. "I would do anything for a bit of poo right now."

"I dream of poo," says Dad firmly, and Mum laughs even more, till she's wiping tears from her eyes.




Terus, soal Audrey sendiri. Saya bisa ngerti kondisi Audrey walaupun saya enggak pernah menderita penyakit kayak dia. Apa rasanya enggak bisa ngelawan otak sendiri, dll, dll.

Dan saya ngerti banget, gimana dia pengin dia langsung sembuh. Dia pengin grafiknya dia itu lurus ke atas terus. Enggak ada turun-turunnya lagi kayak yang digambarin Dr. Sarah. Tapi,

“But, Audrey, that's what life is. We're all on a jagged graph. I know I am. Up a bit, down a bit. That's life.”  

Terus, soal LINUS! Ah saya,




HAHAHAHA.

Ok.

Linus dan Audrey itu sangat amat ADORABLE OKOKOK! Plis. Dari yang pertama kali Linus nawarin buat shoe contact itu saya udah kayak mau mati hahaha.

Oke, sisanya soal Linus, kalian baca sendiri aja soalnya kalau di-spoiler pasti enggak asyik! Hehe.

Terus apa lagi ya..

Soal karakter, saya sukaa. Soalnya unik-unik banget! Alurnya juga saya suka. Gimana di ending-nya... jeng jeng jeng, ayo baca sendiri! wkwk.

Terus, banyak pelajaran yang bisa diambil juga dari buku ini. Dan ceritanya juga heart-warming.

“I think what I’ve realized is, life is all about climbing up, slipping down, and picking yourself up again. And it doesn’t matter if you slip down. As long as you’re kind of heading more or less upwards. That’s all you can hope for. More or less upwards.” 

Dan seperti biasa, novel ini juga kocak! Iya, lah, Sophie Kinsella wkkw.

Saya kan udah pernah baca novel-novel Sophie Kinsella yang lain--tapi yang chick-lit gitu. Pas tahu ini tentang remaja, awalnya saya agak ragu. Tapi ah, enggak kok, Sophie Kinsella tetep kocak! Dan cowok-cowoknya tetep bikin... ah ya begitu deh hahaa. Saya kangen Sam Roxton (dari I've Got Your Number - Sophie Kinsella).

Walaupun, kalau kalian nyari cerita romance banget, kalian enggak akan nemu di Finding Audrey. Soalnya, ceritanya enggak cuma berfokus di romance aja. Tapi tetep, saya suka novel ini!

Ok, deh, ngocehnya sampai sini dulu, ya. Hahaha.

Terakhir, saya kasih 4. dari 5 bintang buat Linus yang senyumnya kayak orange segment wkwk.


0 komentar:

Post a Comment